Perjalanan yang begitu sejuk
dengan melewati jalan yang kanan-kirinya pohon yang rindang dan beberapa tumbuhan
hijau membuat saya lebih semangat untuk mencari keberadaan Air Terjun Grejengan
Kembar. Siang itu udara di Kota Magelang lumayan panas, setelah selesai Sidang
Tilang yang saya jalani dan mampir makan ke
Sop Senerek Bu Atmo yang legendaris
saya berniat untuk mencari air terjun Grenjegan Kembar. Setelah saya googling
keberadaan air terjun ini ternyata tempatnya berasda di
Dusun Citren, Desa Munewarang,, Pakis, Muneng Warangan,
Pakis, Magelang. Setelah dapat bayangan tempat langsung saja saya
berangkat.
Setelah parkir lanjut saya
menghampiri Pos loket untuk membayar tiket masuk. “berapa pak??” tanya saya ke petugas
“sedoso ewu mas” jawab bapaknya, dalam pikiran saya sontak “wow?? Rp. 10.000,-
koq mahal ya??” menurutku sih lumaya mahal kalau dibandingkan wisata air terjun
lain. Setelah membayar langsung cus menuju ke air terjun.
Melewati jalan setapak yang sudah
di beton dengan samping kanan-kiri jalan yang indah, mulai dari pohon yang
tinggi, tebing yang bagus banget untuk di foto dan juga hutan bambu serta hutan
pinus yang memukau. Berjalan sekitar 500 meter pun jadi tidak terasa. Dari kejauhan
sudah terdengan gemercik air dan tawa canda pengunjung, membuatku mempercempat
langkah untuk segera melihat seperti apa air terjun Grenjengan Kembar ini.
 |
Melihat Indahnya Grenjengan kembar |
Setelah puas beberapa menit
berdiri diam melihat keindahan yang disajikan Grenjengan Kembar ini saya mulai
mesetting kamera saya agar bisa mengabadikan air terjun ini, mulai dari tempat
saya berdiri saya mulai mengambil foto-foto, terlihat begitu indahnya tempat
ini. Setelah itu saya mulai mengambil foto dari dekat dimana ada para muda dan
mudi yang sedang berselfie berlatarkan indahnya Air Terjun Kembar. Disaat itu
saya berbalik melihat aliran sungai air terjun ini, ternyata sungainya juga
begitu indah dengan semak dan pohon-pohon di sampingnya, terlihat masih sangat
alami dan segar sekali, seperti kita jauh berada di tengah hutan. Disisi lain
air terjun yang ketiga juga menyajikan percikan air yang tidak terlalu deras
akan tetapi malah kita bisa nikmati dari dekat dan menyentuh airnya.
 |
Aliran Sungai Grenjengan Kembar |
Setelah puas mengambil foto saya
langsung saja meletakkan kamera dan menikmati segarnya air terjun ini. Mulai dari
kaki yang sedikit demi sedikit saya langkahkan menuju deburan air terjun kebar,
air yang segar sudah terasa di wajah, halusnya percikan air yang jatuh seperti
angin segar yang menerpa wajah. Tak sabar saya ingin merasakan kesegaran air itu
dengan mencuci muka dan sedikit membasahi leher saya, begitu segar terasa.
Sebenarnyasaya lumayan berat
untuk meninggalkan tempat ini, tapi karena saya disini hanya sendiri dimana
pengunjung yang tadi sudah pada pulang membuat saya agak merinding terpaksa harus
meninggalkan tempat ini. Sangking asyiknya mungkin tadi ternyata saya lumayan
lama di air terjun dan baru terasa capeknya saat saya sudah sampai parkiran,
untuk menghilangkan rasa capek saya beristirahat dan ngobrol-ngobrol dengan
penjaga loket masuk Air terjun ini.
Saya penasaran mengapa harga
tiket masuk disini terhitung mahal dari air terjun-air terjun lainya. Setelah
saya pancing-pancing dengan beberapa pertanyaan, bapak penjaga loketpun mulai
mau berbicara mengapa harga tiket sebesar itu. Dan ternyata karena air terjun
Grenjengan Kembar ini ada dikawasan Perhutani lereng Gunung Merbabu maka yang menentukan
besarannya itu dari pihak Perhutani, dimana Pihak Perhutani meminta jatah dari
setiap para pengunjung adalah Rp. 7.000-, dimana besaran itu menurut pengelola
sebenarnya sungguh membebani dimana nantinya dengan tiket yang sudah ditentukan,
masyarakat sekitar atau pengelola sekitar hanya mendapatkan uang sebsar Rp.
3.000 saja. dimana uang sebesar itu masih kurang untuk meningkatkan pelayanan
seperti harus membayar tenaga kebersihan dan petugas lainnya agar lebih bisa
membantu para pengunjung. Akantetapi apabila tarif tiketnya dinaikkan juga
sudah tidak mungkin karena menurut pengeleola sendiri tiket masuk yang sekarang
sudah termasuk mahal, itulah kebingungan yang dirasakan oleh pengelola dan
penduduk sekitar. Dengan uang segitu penduduk sekitar masih hanya bisa melihat
ramainya desa oleh para pengunjung dan belum terlalu bisa untuk
memanfaatkannya.
6 Comments
Boleh mandi ga di sana? :D
ReplyDeleteBoleh banget, ada bidadarinya katanya kalau pas sepi
Deletepengen kesini belum kesampaian mulu -_-
ReplyDeleteBesok loh long weekend sekalian ke festival tidar, gak jauh koq he he
Deletepertama kali kesini tahun 2014...pas itu cuma bayar tiket parkir Rp 3000
ReplyDeletekalo tiket masuk 10ribu yaa mahal banget yaa mas --"
iya mas, emang mahal dari pada yang lain, menurt penduduk ya gt dari perhutaninya dah minta 7rb katanya
Delete