Yogyakarta lantai dua inilah
julukan yang terkenal dikalangan anak muda untuk menyebut Gunungkidul, memang
secara geografis Gunungkidul terletak lebih tinggi dari kota Yogyakarta. Letak
geografis Gunungkidul yang berbeda dari provinsi-provinsi lain di Yogyakarta menyimpan
potensi alam yang luar biasa, dari struktur tanah dan bentang alam yang tersaji
Gunungkidul mempunyai histori yang patut di pelajari dan dilestarikan. Terbagi
menjadi 18 kecamatan, Gunungkidul mempunyai deretan gunung karst yang unik sehingga
pada akhir tahun 2015 ditetapkan oleh UNESCO sebagai bagian dari Gunungsewu Unesco Global Geopark yang terbentang dari
Gunungkidul hingga Pacitan. Wisata karst yang berkembangpun semakin banyak
seperti Goa, Bukit, sungai bawah tanah, dan deretan pantai karst sepanjang 70
km dengan pasir putih yang patut untuk kita kunjungi apabila kita pergi ke
Gunungkidul.
Tak hanya potensi alam yang luar
biasa, Gunungkidul juga kaya akan Budaya. Berbagai kesenian dan kerajinan
Gunungkidul bisa kita temui di setiap kilometer daerah Gunungkidul. Salah satu
yang khas adalah Campursari yang sudah tidak asing di telinga kita, Gunungkidul
mempunyai pionirnya yaitu Manthouse (seorang penulis lagu dan penyayi
Campursari dari Palyen). Selain Campursari Gunungkidul juga mempunyai Tari
Tayub yaitu penari wanita yang biasanya disebut sebagai ledhek, dengan di
iringi musik gamelan sang Ledhek mengajak penonton untuk menari biasanya.
Selain dua potensi budaya tadi masih banyak sebenarnya budaya-budaya yang
sangat menarik untuk kita ketahui.
Dengan melihat potensi Alam dan
Budaya dari Gunungkidul yang begitu banyak pasti semua orang bakalan tertarik
untuk diajak mengelilingi Gunungkidul. Itulah alasan beberapa hari yang lalu
saya tidak bisa menolak tawaran teman saya untuk mengikuti Famtrip Dinas
Pariwisata Gunungkidul yang bertajuk One
Day Familiarization Tour Destinasi Wisata Gunungkidul, walaupun acara ini sangat mendadak dan pada
hari kerja saya tetap bela-belain untuk ikutan. Secepat kilat mandi karena jam
08.00 WIB sudah harus ditempat penjemputan yaitu JEC, saya tidak banyak
mempersiapkan Traveling kali ini. Hanya membawa kamera dan satu baju ganti
karena berharap akan diajak main kepantai untuk mainan air maklum sudah sangat
lama dan sangat mendambakan sekali untuk bermain air laut.
Tepat jam 08.00 saya sampai di
JEC, disini saya sudah disambut oleh pak Priyanta dari Dinas pariwisata
Gunungkidul dan beberara orang yang sudah ada di Bus. Sambil menunggu
kedatangan peserta lain yang belum datang, saya berkenalan dengan beberapa
peserta. Pukul 8.30 WIB kita berangakat menuju Gunungkidul. Beberapa destinasi
wisata yang akan kita kunjungi menurut seorang pemandu wisata adalah Tahura
Bunder Yogyakarta, EtalaseTaman Batu Geopark Gunungsewu kawasan Mulo, Pantai
Sadranan dan Desa Wisata Jelok.
Tahura Bunder Yogyakarta
Destinasi pertama yang kita tuju
adalah Tahura Bunder Yogyakarta berada di 30 km dari Kota Yogyakarta tepatnya
di Jalan Yogyakarta-Wonosari, tempat yang selalu kita lewati apa bila kita
menuju ke Wonosari. Kedatangan Rombongan Famtrip disambut oleh para pengelola
Tahura Bunder, bertempat di sebuah pendopo kita di jamu dengan teh hangat dan beberapa
snack khas dari Gunungkidul. Dengan suasana santai kita diperkenalkan dengan
Tahura bunder Yogyakarta ini.
![]() |
berfoto didepan peta Wilayah Tahura Bunder |
Tempat Outbond di Tahura Bunder |
TAHURA atau kepanjangan dari
Taman Hutan Raya mempunyai luas 634,10 Ha yang terletak di kecamatan Playen dan
Pathuk. Hutan ini dulunya adalah hutan produksi yang kemudian sebagian dirubah
fungsinya sebagai Taman Hutan Raya yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai
kegiatan wisata. Sesungguhnya hanya sebagian kecil saja yang dimanfaatkan utuk
wisata, hutan ini masih sangat luas dan memang ada bagian yang tidak boleh
dirubah fungsinya yaitu hanya untuk pelestarian alam dengan koleksi tumbuhan
dan satwa yang alami ataupun buatan yang dimanfaatkan untuk penelitian.
Dalam perkembangan pemanfaatan
TAHURA Bunder telah dibangun berbagai fasilitas yang bisa kita nikmati seperti
contoh area campping, area Outbon dan taman bermain anak dan juga jelajah alam
yang melewati sungai Oyo. Yang paling menarik lagi sebenarnya di TAHURA Bunder
ini terdapat pabrik minyak kayu putih dengan nama Sendang Mole, pabrik milik
Dinas Kehutanan dan Perkebunan ini sehari-harinya mengolah pohon-pohon kayu
putih yang diambil dari berbagai daerah di Yogyakarta terutama di Gunungkidul.
Para pengujung bisa melihat secara langsung proses pengolahan minyak kayu putih
disini, sebuah wawasan yang tentunya jarang didapatkan. Selain itu pengunjung
juga bisa menikmati spa minyak kayu putih dimana kita berendam dengan air sisa
pengolahan minyak kayu putih yang dialirkan kekolam.
Papan Arah yang memperlihatkan berbagai fasilitas Tahura Bunder |
beberapa pengunjung Tahura Bunder yang sedang Campping |
Satu lagi yang bisa kita nikmati
di TAHURA Bunder yaitu penangkaran rusa dengan jenis Rusa Timor (Cerves
timorensis). Para pengunjung bisa melihat-lihat rusa ini bahkan bisa memberi
makan langsung rusa ini yang biasanya akan mendekat dan jinak dengan manusia.
setelah beberapa saat saya dan rombongan berkeliling-keliling melihat
rindangnya tempat ini saya dan rombongan melanjutkan ke destinasi yang kedua
yaitu Etalase Taman Batu Geopark Gunung sewu kawasan Mula.
Etalase Taman Batu Geopark Gunungsewu kawasan Mula (Stone Garden)
Waktu tiba di Etalase Taman batu
Geopark Gunungsewu (Stone Garden) hujan mulai turun, kita hanya sempat foto
beberapa kali di depan lokasi ini dan melihat beberapa batu yang sudah ditata
dan diberi nama, lantas hujan semakin deras, kita diarahkan kesebuah bangunan
penyimpan batu-batu yang belum di letakkan pada area taman. Etalase Taman Batu
Geopark Gunungsewu ini terletak di Desa Mulo tepatnya di jalan Wonosari-Tepus,
kalau kita ingin ke pantai daerah tepus pasti kita akan melewati taman batu
ini. Taman batu ini dibangun dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang
Geopark Gunungsewu serta memperlihatkan jenis-jenis batuan yang berasal dari
kawasan Geopark yaitu Wonosari, Wonogiri dan Pacitan. Berbagai jenis batuan
khas pegunungan karst ada disini dari batuan yang proses terjadinya dari
tanaman hingga fosil hewan atau batu-batu dari proses vulkanik.
Taman Batu Kawasan Mulo |
batu yang sudah di tata di taman |
Salah satu Batu yang berasal dari kayu |
Saat melihat-lihat koleksi batu
disini saya menemukan beberapa batu yang unik, mungkin pertama kali saya
melihat batu-batu ini. Terdapat sebuah batu yang berbentuk seperti kayu yang
patah akan tetapi kayu itu sangat keras layaknya batu, dari keterangan yang
saya gali dari pengelola memang batu itu terbentuk dari kayu yang terpendam dan
tidak terjadi pelapukan akan tetapi malah mengeras hingga menjadi batu. Selain
batu yang berbentuk kayu juga terdapat batu seperti kristal kecil-kecil yang
menempel pada batuan lainnya, terlihat indah dan sangat langka. Setelah puas
melihat-lihat dan waktu sudah menujukkan saat makan siang rombongan diajak ntuk
melanjutkan perjalanan kembali dengan tujuan selanjutnya yaitu Pantai Sadranan.
Pantai Sadranan
Sekitar 30 menit perjalanan dari
Taman Batu sampailah kita di Pantai Sadranan. Pantai ini terletak di sebelah
timur pantai Krakal, tepatnya di Desa Pulegundes II, Sidoharjo Kec. Tepus
Gunungkidul. Setibanya dipantai ini kami disambut langsung oleh ketua Pokdarwis
setempat, dan diarahkan ketempat makan yang menghadap langsung kepantai. Saat
masuk ke tempat makan yang memang sudah disediakan disitu sadah ada 3 cewek
yang berdandan dengan memakai kebaya lengkap dengan sanggulnya, “wah sinden
ini” batin saya. Setelah rombongan lengkap berkumpul langsung dibuka oleh
seorang bapak dengan memakai blangkon, beliau memperkenalkan dirinya dan beberapa
orang dibelakangnya termasuk 3 cewek tadi, ternyata ini adalah sebuah grup
orgen tunggal Campursari yang siap menghibur kita sebelum makan siang dan
bermain air di pantai. Satu persatu 3 penyayi itu mendendangakan lagu
campursari yang menghibur kita, tak luput para penyayi itu mengajak menyayi
anggota rombongan. Dibuka dengan lagu Tresno Waranggono kesukaan saya dan
dilanjutkan lagu Sewu Khutonya Didi Kempot, saya beserta anggota robongan mulai
berjoget ria. Di tengah-tengah suasana asyik hiburan khas Gunungkidul ini
rombongan dipecah belah, siapa yang pingin snorkeling dan siapa yang ingin
tetep disini bersama 3 penyayi itu. Dengan berat hati saya memilih untuk
Snorkeling, seharusnya hiburannya di selesaikan dulu baru senorkeling
bareng-bareng seru sepertinya. Saat berganti baju ternyata hanya ada 8 orang
saja yang bersnorkeling, yang lain hanya menunggu dirumah makan dan
mendengarkan alunan campursari.
![]() |
Para penyayi Campursari menghibur rombongan famtrip |
salah satu peserta famtrip diajak bernyayi |
Pantai sadranan mempunyai
struktur pantai yang aman untuk snorkeling. Ombak yang tidak begitu besar dan
area yang luas untuk melakukan snorkeling menjadi keunggulan pantai ini.
Setelah saya dan teman-teman lain siap dengan life jacket dan snorkel, kita
diberikan penjelasan oleh seorang pemandu untuk berlatih menggunakan snorkel,
stelah semua mengerti langsung saja kita nyebur di laut. Pertama kita belajar
untuk bernafas menggunakan snorkel di air, mungkin untuk yang pertama kali
menggunakan snorkel sepertinya susah bernafas tapi kalau sudah terbiasan akan
cepat beradaptasi. Setelah semua bisa, kita dipandu untuk lebih ketengah agar
bisa melihat berbagai ikan berwarna-warni dan juga nantinya kita foto-foto.
Dengan berenang dan melihat
kedalam air saya bisa melihat beberapa ikan yang bagus-bagus bersembunyi di
karang-karang. Memang masih kurang jelas ikan apa itu, tapi ikannya sepertinya
sudah biasa dengan kedatangan manusia, terlihat ikan-ikan itu tidak langsung
kabur setelah saya hampiri. Sesampainya ditengah kami dipandu agar bisa berfoto
di dalam air dengan ikan-ikan disekeliling kita, dan saya menjadi yang pertama
dari rombongan yang mencobanya. Para pemandu mempersiapkan kamera dan juga
mengundang ikan untuk mendekat dengan sebotol roti. Beberapa kali mencoba saya
sudah berhasil mendapatkan foto didalam air dengan ikan-ikan yang cantik, benar
memang banyak sekali ikan-ikan kecil dan bagus-bagus mengelilingi wajah saya.
Setelah semua dapat giliran untuk foto lalu semua bebas bermain air. Sangat seru
disini karena kita bisa berenang sepuasnya dan bisa melihat ekosistem bawah
laut yang pastinya jarang kita lihat.
tempat persewaat peralatan snorkeling |
![]() |
berfoto bersama sesudah senorkeling di pantai Sadranan |
![]() |
hasil foto didalam air dengan berbagai ikan yang cantik |
Tak terasa kita main di pantai
ini sudah satu jam, luamayan lama padahal masih ada 1 lagi destinasi wisata
yang harus kita kunjungi, maka dari itu beberapa rombongan di pinggir sudah
meneriaki kita agar kita sudahan mainnya. Setelah semua ganti menggunakan baju
yang sama kita berfoto di pinggir pantai untuk terakhir kalinya dan melanjutkan
lagi perjalanan ke tujuan terakhir yaitu Desa Wisata Jelok.
Desa Wisata Jelok
Destinasi terakhir dalam
perjalanan ini adalah Desa Wisata Jelok (DewiElok). Lelah bermain air di pantai
Sadranan membuat perjalanan dalam bus tidak kita nikmati lagi, pegal-pegal
mulai terasa karena hampir seharian kita melakukan perjalanan ini, perjalan
dari Pantai Sadranan hingga Desa Wisata Jelok pun terasa begtu cepat,
sepertinya saya tidur di tengah perjalanan. Sekitar pukul 17.00 WIB kita sampai
di Jelok, Desa Wisata ini berada di Desa Beji Kecamatan Pathuk Gunungkidul, kalau
dari Jogja sekitar 30 menit perjalanan, melalui jalan Jogja-Wonosari setelah
melewati bukit bintang, kantor Kecamatan Pathuk masih lurus dan kalau sudah
sampai SMP N 2 Pathuk silahkan lihat kanan nanti akan ada papan nama Desa
Wisata Jelok, ambil kanan melewati jalan Desa yang sudah beraspal, sekitar 2
km.
Jembatan menuju Desa Wisata Jelok |
Pintu masuk Resto Jelok |
salah satu Homestay di Desa Wisata Jelok |
Sesampainya diparkiran Dewa
Wisata Jelok saya meregangkan otot-otot saya yang lumayan kaku karena
perjalannan, sambil melihat sekeliling dan agak kaget ternyata saya dipinggir
sungai, terlihat ada sebuah jembatan kecil, mungkin hanya untuk orang dan motor
saja. tak lama mas Supri yaitu Ketua Pokdarwis Desa Wisata Jelok memandu kita
untuk melewati Jembatan itu, ternyata jembatan ini lah yang menghubungkan desa
Wisata Jelok dengan wilayah lainnya, apabila jembatan ini ambruk maka desa
pastinya akan terisolasi. Saat melewati jembatan ini nuansa pedesaan sudah
sangat terasa, keindahan alam desa mulai nampak di kiri-kanan kita, sungai
dengan air kehijauan mengalir terdapat beberapa orang sedang berada di sungai
untuk mengambil pasir, sungai ini adalah sungai Oyo (kali Oyo). Setelah
melewati jembatan perjalanan menuju Desa Wisata semakin menarik dengan bebrapa
hiasan payung dan lampu di kanan-kiri jalan yang membuat kita terasa sedang
berada di desa yang penuh budaya. Sesampainya di Desa Wisata ini kita langsung
disambut di sebuah Resto dengan nuansa desa, bangunan-bangunan gazebo tertata
indah dihubuungkan dengan jalan setapak berhiaskan bunga-bunga dipinggirnya
membuat tadinya saya yang sudah lelah dan ngantuk karena capek kembali lagi
segar dan bersemangat. Sudah disediakan minuman hangat yaitu Wedang Secang dan
juga makanan ringan ala pedesaan yaitu pisang Godog dan gorengan. Suasana yang
asyik dan nyaman sekali untuk menutup hari yang melelahkan hari itu. Saya duduk
di sebuah Gazebo yang diberi nama Kandang, disini terdapat kandang-kandag
banyak sekali hingga diberi nama dan nomor.
Puas menikmati suasana desa yang
tenang dengan minuman yang sangat menyegarkan mulailah saya berjalan-jalan
mengelilingi Resto ini. Terdapat banyak sekali Gazebo (kandang) untuk makan dan
ada juga beberapa Homestay yang muat kira-kira 10 orang per rumahnya. Dari
Resto ini terlihat juga Gunung Purba Ngelangeran yang menambah keeolokan
pemandangan Desa Wisata ini.
Begitu tertariknya saya dengan Desa
Wisata yang nyaman ini saya mulai bertanya-tanya masih ada apa saja disini. Banyak
hal yang bisa kita Explore di Desa Wisata ini, kita bisa melakukan Outbond,
tubing kali Oyo, belajar menari tradisional, dan juga jelajah alam pedesaan
seperti ikut bertani, membajak sawah, mencari ikan dll. Bagi yang pingin
menginap juga disediakan Homestay yang bersahabat dengan kantong kita pastinya.
Untuk resto yang sedang saya nikmati ini juga menyediakan berbagai menu masakan
pedesaan yang yahud dengan menu andalan Ingkung ayam. Pasti seru kan mengajak
keluarga atau teman kita mengunjugi tempat ini menikmati alam dan menyantap
ingkung ayam rame-rame.
menikmati cemilan desa di Desa Wisata Jelok |
salah satu Gazebo atau kandang makan yang eksotis |
suasana yang sejuk dan indah di Resto Jelok |
Tidak terasa hari mulai gelap dan
kita harus pulang, sebenarnya masih pingin sekali melihat-lihat dan mengexplore
lagi tempat ini, semoga dikemudian hari ada waktu untuk mengunjugi tempat ini.
Sajian Desa Wisata Jelok ini sangat
cocok untuk menutup trip ini, hampir 12 jam mengunjungi Gunungkidul masih belum cukup sebenarnya, masih banyak yang belum kita kunjungi, mungkin ini hanya secuil
kekayaan wisata yang dimiliki oleh Gunungkidul, semoga di waktu lain bisa
mengunjungi tempat-tempat Indah di Gunungkidul.
12 Comments
Jogya emang mantep cak .... kepengen kembali lagi ke sono
ReplyDeleteayooo mumpung liburan panjang ini....
DeleteSaya masih kurang mengeksplor Jogja meskipun cukup sering kesana
ReplyDeletewah sekarang banyak bgt wisata Jogja, saya yang tinggal dijogja saja belum semuanya di kunjungi,
DeleteBaru kali ini saya mampir ke sini. Tulisannya banyak tentang wisata Jogja ya? Kok sudah beberapa bulan tidak diisi? Sayang mas. Nulis terus yuk.
ReplyDeletesiap mbak...lagi radak macet, nulisnya sekarang hanya nulis status dan komen saja..semoga minggu ini ada blogpost baru
DeleteAku penasaran Mas, katanya di Gunungkidul ini ada kuliner enthung yang khas ya?
ReplyDeleteenthung?? bukan entung kayaknya tp belalang..malam belum pernah ngerti kalau entung saya
DeleteTernyata banyak ya wisatanya. Kalau saya, sehari pasti nggak cukup buat eksplore Gunungkidul.
ReplyDeleteaku aja yang dah 10thn blm semuanya di kunjungi ha ha ha
DeleteAhh ngomongin Gunung Kidul emang ga ada abisnya ya mas :( potensi wisatanya banyak banget.
ReplyDeleteiya, bener bgt...aku aja yang dah 10 tahun dijogja blm semua pantai gunung kidul aku sambangi hikz bgt kan
Delete