Masa kecilku saat sekolah paling
malu kalau disuruh bawa payung, mending milih untuk hujan-hujanan sehingga semua
basah dan besoknya tidak sekolah. Atau paling takut kalau lihat payung yang
digunakan utuk memayungi jenayah, wah pokoknya gak berani-berani deh deket apa
lagi megang. Kayaknya anti payung banget waktu kecil itu. Mungkin masa-masa ini
banyak dialami oleh anak-anak seumuran saya apalagi yang cowok di tempo dulu
waktu kecil. Sekarang pandangan akan payung seperti waktu kecil saya sekarang
mulai memudar yang tadinya bikin ribet atau ada kesan menakutkan karena fungsinya
untuk mengmayungi jenazah sekarang malah dicari dan dinanti-natikan. Festival
Payung lah yang membuat image payung dari yang hanya untuk berlindung dari
hujan atau memayungi jenayah menjadi sebuah aksesoris hiasan sebuah taman di
solo menjadi indah dan arstistik.
Festival Payung di Solo ini
bener-bener merubah image payung, dimana payung disini menjadi sebuah karya dan
ciri khas suatu daerah yang mempunyai nilai seni yang luar biasa. Berbagai
bentuk dan jenis payung serta lukisan –lukisan di payung yang sangat indah di
pajang dan ditata sedemikian rupa agar lebih terlihat artistik. Berbagai payung khas daerah di hadirkan
disini bahkan tidak hanya dari Indonesia saja, ada beberapa dari negara asia
yang payungnya di pajang disini seperti dari Thailand dan China.
Keramaian para pengunjung Festival Payung #3 Solo |
Remaja yang sedang berpose dipintu gerbang Balaikambang |
Festival payung yang dilaksanakan
pada tanggal 23-25 September 2016 di Solo tepatnya di Taman Bale Kambang sudah
menginjak tahun ke-3 penyelenggaraannya pada tahun ini. Antusias masyarakat yang
sangat luar biasa dalam menyambut festival payung menjadikan EO Mataya pimpinan
Mas Heru ini sangat bersemangat mengadakan festival ini. Bisa dilihat dimana
para pengunjung harus berdesak-desakan di jalur utama masuk area festival. Pada
kesempatan ini pula saya baru bisa berkunjung ke Festival Payung dari
festival-festival sebelumnya yang saya lewatkan.
Saya datang ke festival ini pada
hari sabtu yaitu hari kedua dilaksanakannya Festival Payung ini. Berbekal
janjian bersama teman saya Sitam saya berangkat dari Jogja pukul 09.00 diawali dengan menjemput teman saya,
kita berkendara sepeda motor menuju terminal Giwangan dan naik bus sampai Solo.
Kami memilih untuk naik bus dari pada kereta karena letak Taman Balekambang
sendiri yang di jalur Bus, jadi bisa enak turun langsung di tempat festival,
tapi kita kurang beruntung karena kami kurang tahu harus bilang turun di Taman
Balekambang pada Kondektur maka kita harus rela turun di Terminal Tirtonadi
yang jaraknya sekitar 800 meter dari Taman Balekambang. Dengan berjalan santai
sambil mampir dulu untuk shalat Dzuhur dan makan sampailah kita ke Tamab
Balekambang.
Saat mulai masuk ke area festival
saya lumayan terheran-heran dimana letak
payung-payungnya?. Sambil mengambil foto dan vidio, saya dan teman saya
berjalan menuju ke keramaian disitulah letak berbagai payung dipajang. Dari
situ baru sadar ternyata kami masuk ke area festival tidak dari pintu masuk
utama tapi dari pintu masuk samping. Saya sangat kaget sekali hampir semua
pengunjung memadati jalan utama area masuk, semua pengunjung berfoto dan
berselfie ria disini. Tidak di pungkiri memang spot ini memang memamerkan
tatanan payung yang sangat bagus, berbagai jenis payung-payung yang di gantung
terlihat begitu cantik. Mulai dari payung yang di letakkan di pinggir jalan
sepanjang jalan masuk dan payung-payung yang digantung membuat Taman
Balekambang begitu indah dan mempesona. Akan tetapi di tempat ini saya sangat
sulit untuk mendapatkan foto yang bagus dan bisa mengambarkan kerennya tempat
ini karena sangat penuhnya area ini. Dengan sudut seadanya saya mengambil foto.
Malah terbesit bukan mengambil foto penataan payung yang indah tetapi malah
mengambil foto para pengunjung yang sedang asik berekspresi sedang di foto oleh
temannya maupun sedang selfie ya karena disini benar-benar dipenuhi orang yang
sedang bergaya untuk berfoto.
anak kecil sedang melukis di payung disalah satu stand yang menyediakan payung polos |
salah satu bentuk rangkaian payung yang menarik |
Para pengunjung yang sedang narsis berfoto dengan payung |
Setelah lumaya puas mengambil
foto di jalan utama saya melanjutkan berjalan lebih kedalam, di sini terdapat
berbagai stand payung yang menjual berbagai bentuk payung ada juga stand untuk
foto yang dihiasi dengan berbagai payung dan tulisan Festival Payung. Tapi yang
bikin saya lebih tertarik disini ada stand yang menyajikan payung polos dan
disitu disediakan cat untuk melukis payung tersebut, di stand ini anak-anak
kecil lah yang mengusai dimana beberapa anak kecil asyik sekali mengagambar dan
mewarnai payung polos. Oh ya di stand ini juga saya dan teman saya bertemu
dengan salah seorang Blogger dari solo, kita bercengkrama sambil ngobrol-ngobrol
tentang festival ini.
Setelah dari stand payung saya
berjalan lagi menuju sebuah tempat yang memajang payung-payung di sebuah bambu
yang disusun atau dibentuk seperti kerucut dan di kelilingi oleh payung-payung
berwarna-warni. Nah disini pula kami bertemu dengan mas Aliko yaitu salah satu
admin blog dari AyukPiknik, dari sini kita lalu ngobrol-ngobrol tentang blog
dan juga tentang festival payung ini juga. Setelah asyik ngobrol kita berlanjut
ke tempat pertujukan, dimana dijadwal yang sudah kita baca akan ada
penampilan-penampilan disini. Lama kami menunggu dan waktu itu mendung sekali
bahkan langit sudah sangat hitam seperti mau hujan acara belum juga dimulai.
Kami sempat putus asa dan beranjak dari tempat itu, tapi beberapa langkah dari
tempat itu acarannya dimulai, duh langsung saja kita sedikit berlari ke tempat
pertujukan kembali agar kebagian tempat, dan untungnya kita masih kebagian
tempat dibaris kedua.
Penampilan Tari Payung dari anak-anak Sekolah dasar di Solo |
Para peserta lomba busana di Festival Payung |
![]() |
Para Pengunjung yang sedang menanti berlangsungnya acara di panggung utama festival payung |
Penari yang menarikan tari kalimantan terlihat anggun dan cantik |
Penampilan pertama adalah
penampilan memuakau yaitu tari payung yang dibawakan oleh anak-anak putri dari
sebuah Sekolah Dasar yang ada di Solo. Setelah tarian selesai acara selanjutnya
adalah lomba busana dengan payung dengan perta anak-anak sekolah dasar juga,
disini para peserta berjalan berlenggak-lenggok di depan para penonton. Dengan
busana yang unik-unik dan bagus-bagus dan beraksesoriskan payung para perserta
lomba ini berpose didepan para penggunjung yang sudah siap dengan Kamera
mansing-masing. Setelah selesai acara lomba di panggung penampilan ini
dilanjutkan dengan penampilan sebuah tarian kolosal yang menceritakan Buto
Cakil dan dilanjut oleh tarian dari kalimantan yang sangat menarik.
Festival Payung ke-3 ini memang
sangat menarik dan dapat menyedot pengunjung yang luar biasa, akan tetapi
menurut saya agar para pengunjung lebih nyaman dan bisa mendapatkan yang mereka
iningkan yaitu berfoto narsis dan eksis habis untuk tahun berikutnya spot atau
tatanan payung yang menarik bisa ditambah lagi agar bisa memecah keramaian para
pemburu foto di satu tempat saja. Semoga acara berikutnya lebih sukses dan bisa
membawa nama baik Kota Solo yang lebih bersahabat lagi dan mendunia.
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah (www.twitter.com/visitjawatengah)
3 Comments
waaaah sayang bgt ketinggalan informasiiii... kalau tau ada ini pengen liat padahal :(
ReplyDeleteoiya,salam kenal mas... saya dari Blog Bisnis
wah...tahun depan semoga masih ada, ini tiap tahun aa koq, dan ini sudah yang ketiga kalinya,
Deletesalam kenal juga
Pabrikjamdinding.com barang promosi order seluruh Indonesia
ReplyDelete